BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dunia
pendidikan saat ini masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari soal
rumusan tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai
kepada persoalan guru, metode, kurikulum dan lain sebagainya.
Dan
upaya untuk mengatasi masalah tersebut masih terus dilakukan dengan berbagai
upaya. Tetapi upaya yang demikan itu tampaknya perlu dilacak pada akar
permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Sudah kita ketahui
bahwa secara umum filasafat berupaya menjelaskan inti dari segala yang ada, dan
karena filsafat dikenal sebagai induk dari segala ilmu.
B.
Rumusan Masalah
Filsafat pendidikan
islam secara umum akan mengakaji berbagai masalah yang terdapat dalam dunia
pendidikan. Dalam perumusan ini penulis
akan merumuskan tentang:
1. Pengertian Metode Pendidikan Islam
2. Fungsi Metode Pendidikan Islam
3. Asas Umum Metode Pendidikan Islam
4. Jenis-jenis Metode Pendidikan Islam
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini
agar kita mengetahui bagaimana menggunakan metode pendidikan ketika turjun
kedalam dunia masyarakat. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena
dengan mengetahuinya kita setidaknya sudah bisa mengantisipasi segala problem yang
akan kita hadapi saat berada dalam masyarakat khususnya dalam hal pendidikan.
D. Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka
yaiatu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN METODE PENDIDIKAN
ISLAM
Dalam
bab ini kita akan membahas tentang pengertian Metode Pendidikan Islam. Dimana
setiap kata akan kita bahas satu persatu yaitu: Metode, Pendidikan, Pendidikan
Islam, Metode Pendidikan, dan Metode Pendidikan Islam. Tujuannya agar pembaca
lebih memahami secara mendalam tentang Metode Pendidikan Islam ini.
1.
Pengertian Metode
Kata
metode berasal dari bahasa greek (Yunani) yang terdiri dari kata “meta” yang
berarti melalui,dan kata “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan
yang dilalui. [1] sebagaimana telah dikutip oleh Muhammad Noor
Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah:
a.
Suatu
prosedur yang dipakai untuk mencapai
suatu tujuan.
b.
Suatu
teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu
materi tertentu.
c.
Suatu
ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.[2]
Selain itu ada pula yang mengatakan
bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data
yang diperlukan bagi pengembangan.[3]
Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk
mencapai tujuan.[4]
Jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada posisinya sebagai
cara untuk menemukan, menguji, dan menyusun dat yang diperlukan bagi
pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya suatu pemikiran.
Dalam bahasa Arab metode
diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata al-thariqah, Manhaj,
dan al-Wasilah. Al-Thariqah berarti jalan , manhaj berarti sistem, dan
Al-Wasilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian, kata arab yang
dekat dengan arti metode adalah Al-Thariqah. Kata-kata serupa ini banyak
dijumpai dalam Al-Quran menurut Muhammad Fuad Abd al-Baqi didalam Al-Quran kata
al-Thariqah diulang sebanyak sembilan kali.kata ini terkadang dihubungkan
dengan objeknya yang dituju oleh al-Thariqah seperti neraka, sehingga jalan
menuju neraka terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti
al-Thariqah al-Mustaqimah yang diartikan jalan yang lurus (Q.S. 46:30)[5]
Mohamad Athiyah al-Abrasy
mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti memberi paham kepada
murid-murid dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode
adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan
kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu. Kemudian Prof.
Abd al-Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru
untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik. Adapun Adgar Bruce Wesley
mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang terarah bagai guru yang menyebabkan
terjadinya proses belajar mengajar, hingga pengajaran menjadi berkesan.[6]
Dalam pandangan filosofis
pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat itu mempunyai sifat ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan
monopolipragmatis. Polipragmatis, bilamana metode itu mengandung kegunaan yang
serba ganda (multipurpoce). Misalnya, suatu metode tertentu dapat dipergunakan
untuk merusak, dan pada situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan untuk
memperbaiki dan membangun. Contohnya, pengunaan video cassete recorder (VCR)
untuk merekam semua jenis film, baik fornografis maupun yang moralis, yang hal
itu bila dipergunakan sebagai media pembelajaran, maka sasarannya dapat merusak
disamping dapat memperbaiki atau membangun. Monopragmatis adalah alat yang
hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan. Misalnya,
laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen
bidang ilmu alam saja, tidak dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang
ilmu lain. [7]
2.
Pengertian Pendidikan Islam
Setelah
kita membahas tentang metode, selanjutnya kita akan membahas tentang pendidikan.
Banyak para pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan secara berbeda-beda
tetapi pada intinya sama.
Beberapa
ahli pendidikan di Barat yang memberikan arti pendidikan sebagai proses antara
lain :
a.
Mortimer
J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan
manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh
pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana
yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu oarang
lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang
baik.
b.
Menurut
Wiliam Mc Gucken. Sj. Seorang tokoh pendidikan Katolik berpendapat bahwa
pendidikan diartikan suatu perkembangan dan kelengkapan dari
kemempuan-kemempuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang
diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan
kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan Penciptanya sebagai tujuan akhir. [8]
c.
Menurut
Prof. Sugarda Purbakawaca dalam “ Ensiklopedi Pendidikan”nya, memberikan
pengertian pendidikan, sebagai berikut : “Pendidikan dalam arti luas meliputi
perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya ( orang menamakan ini juga
“mengalihkan” kebudayaan, dalam bahasa Belanda: Cultuurover dratch) kepada
generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik
jasmani maupun rohani.[9]
Setelah
membahas Pendidikan selanjutnya kita akan membahas tentang Pendidikan Islam.
Berikut ini adalah beberapa pengertian Pendidikan Islam secara terminologi yang
diformulasikan oleh para ahli Pendidikan Islam, diantaranya adalah:
a. Menurut al-Syaibaniy mengemukakan bahwa
pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik
pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut
dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi
dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
b. Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly,
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta
mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang
tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan busa
membentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan
potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
c. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa
pendidikan islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadiannya yang utama (insan kamil)
d. Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan
Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang, agar ia berkembang
secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[10]
Dari batasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini,
ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.
3.
Metode Pengajaran Islam
Dari
beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar diatas tentang
pengertian Meetode dan Pendidikan Islam. Kita dapat menyimpulkan tentang
pengertian Metode Pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh al-Syaibany yaitu,
segal segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka
kemesti-mestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan
peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnyadan tujuan membimbingpeserta didik
untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki
pada tingkah laku mereka.[11]
Ahmad
tafsir secara umum membatasi bahwa metode pendidikan adalah semua cara yang
digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa
Metode Pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau
mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.[12]
Selanjutnya
jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti
sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga
dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islam. Selain itu
Metode Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai cara untuk memahami, menggali,
dan mengembangkan ajaran islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
B.
FUNGSI METODE PENDIDIKAN ISLAM
Tentang
fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara
yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut.[13]
Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dari dua pendekatan ini segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode
berfungsi untuk mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang
sesuai perkembangan objek tersebut.
Dalam
al-Quran metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada
tujuan pencipta-Nya sebagai khalifah di muka bumi dengan melaksanakan
pendekatan dimana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki potensi
rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan sebagai saluran
penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu prinsip yang umum dalam
memungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan dalam
suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan motifasi, sehingga
pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan. Banyaknya
metode yang ditawarkan oleh para ahli lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari
jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa si anak dalam menerima pelajaran.
Pada
kenyataannya metode merupakan sesuatu yang sangat penting dalam terciptanya
sebuah pendidikan yang ideal. Dengan metode-metode seorang pendidik akan bisa
menyampaikan ilmunya kepada peserta didik. Tetapi jika pendidik tidak memiliki
metode dalam penyampaian materi pendidikan, maka peserta didik akan kesulitan
dalam memahami materi yang disampaikan. Metode bisa dikatakan adalah sebagai
jembatan yang menghubungkan pendidik dengan anak didik kepada tujuan
pendidikan, yaitu terbentuknya kepribadian. Bila dikaitkan dengan Islam
kepribadian ini lebih mengarah pada kepribadian muslim, yang mencerminkan
nilai-nilai keislaman.
Dengan
demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi
pendidikan. Karena dengan metode seorang pendidik akan lebih mudah dalam
memberikan materi. Dan peserta didik akan mudah dalam memahami apa yang
disampaikan oleh pendidik.
C.
ASAS-ASAS UMUM METODE PENDIDIKAN ISLAM
Sesungguhnya
metode pendidikan Islam memiliki asas-asas dimana ia tegak berdiri dan
memperoleh unsur, tujuan, dan prinsip-prinsip. Asas-asas tersebut pada
prinsipnya tidak banyak berbeda dengan asas-asas tujuan dan kurikulum
pendidikan Islam. Konsep ini menggambarkan bahwa seluruh komponen yang terkait
dalam proses pendidikan Islam adalah merupakan satu kesatuan yang membentuk
suatu sistem. Secara umum, asas-asas metode pendidikan Islam itu menurut
al-Syaibany[14],
adalah :
1.
Asas
Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil dari
sumber asasi ajaran Islam, yakni al-Quran dan Sunnah Rasul.
2.
Asas-Biologis,
yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangn
usia peserta didik.
3.
Asas
Psikologis, yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan psikologis,
seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, bakat dan
kecakapan akal atau kapasitas intelektual.
4.
Asas
sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia seperti
tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan, dan tuntutan kehidupan yang
senantiasa maju dan berkembang.
Sementara
dari sudut pandang pelaksanaannya, asas-asas pendidikan Islam dapat
diformulasikan kepada:[15]
1. Asas Motivasi, yaitu usaha pendidik
untuk membangkitkan perhatian peserta didik kearah bahan pelajaran yang sedang
disajikan.
2. Asas Aktifitas, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk ambil bagian secara aktif dan kreatif
dalam seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
3. Asas Apresiasi, mengupayakan
respon-respon tertentu dari peserta didik sehingga mereka memperolehperunahan
pada tingkah laku, pembendaharaan konsep, dan kekayaan akan informasi.
4. Asas Peragaan, yaitu memberikan variasi
dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata,
baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan.
5. Asas Ulangan, yaitu usaha untuk
mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
6. Asas Korelasi, menghubungkan suatu bahan
pelajaran dengan bahan pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang
erat.
7. Asas Konsentrasi, yaitu memfokuskan pada
suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk
melaksanakan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala
aspeknya.
8. Asas Individualisasi, yaitu
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
9. Asas Sosialisasi, yaitu menciptakan
situasi sosial yang membangkitkan semangat kerjasama antara peserta didik
dengan pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat, dalam menerima
pelajaran agar lebih berdaya guna.
10. Asas Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil
dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai umpan
balik pendidik dalam memperbaiki cara mengajar.
11. Asas Kebebasan, yaitu memberikan
keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas
kebebasan yang mengacau pada hal-hal yang positif.
12. Asas Lingkungan, yaitu menentukan metode
dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.
13. Asas Globalisasi, yaitu memperhatikan
reaksi peserta didik terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara
intelektual, tetapi juga secarafisik, sosial dan sebagainya.
14. Asas Pusat-pusat Minat, yaitu
memperhatikan kecendrungan jiwa yang tetap ke jurusan suatu yang berharga bagi
seseorang.
15. Asas Ketauladanan, yaitu memberikan
contoh yang terbaik untuk ditiru dan ditauladani peserta didik.
16. Asas Kebiasaan, yaitu membiasakan
hal-hal positif dalam diri peserta didik sebagai upaya praktis dalam pembinaan
mereka.
Metode
pendidikan Islam harus digali, didayaygunakan, dan dikembangkan dengan mengacu
pada asas-asas sebagaimana yang dikemukakan diatas. Melalui aplikasi
nilai-nilai Islam dalam proses penyampian seluruh materi pendidikan Islam,
diharapkan proses itu dapat diterima, difahami, dihayati, dan diyakini sehingga
pada gilirannya memotifasi peserta didik untuk mengamalkannya dalam bentuk
nyata.
D.
JENIS-JENIS METODE PENDIDIKAN ISLAM
Menurut
para ahli pendidikan, metode pendidikan yang dipakai dalam dunia pendidikan
sangat banyak. Hal ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai dalam
dunia pendidikan, yaitu membentuk anak didik menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Dan berikut ini akan beberapa metode pendidikan yang dikemukakan
oleh para ahli, yaitu:
1. Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany[16]
dalam bukunya, Syaibany memaparkan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a. Metode Pengambilan Kesimpulan atau
Induktif.
Metode
ini bertujuan untuk membimbing pelajar untuk mengetahui fakta-fakta dan
hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan. Metode ini mulai dengan
membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai kepada undang-undang umum.
Metode
ini dapat digunakan pada berbagai ilmu yang menjadi tumpuan perhatian
pendidikan Islam. Misalnya, nahu, saraf, fiqhi, hitungan, teknik, fisika,
kimia, dan dalam berbagai ilmu yang lain. Dan metode ini telah digunakan pleh
pendidik-pendidik dan cerdik pandai Islam. Orang-orang Islamlah yang mula-mula
menggunakan dan memantapkan metode ini sebelum munculnya Roger Bacon, dan
sesudah itu Francais Bacon yang selalu dianggap orang sebagai pencipta metode
tersebut.
b. Metode Perbandingan
Metode
ini berbeda dengan metode ibduktif, dimana perpindahan menurut metode ini dari
yang umum kepada yang khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian yang kecil,
dimana disebutkan prinsipnumum dahulu, kemudian diberi contoh-contoh dan
perincian-perincian yang menjelaskan dari prinsip-prinsip umum tersebut. Metode
perbandingan dapat digunakan pada pengajaran sains dan pelajaran-pelajaran yang
mengandung prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum yang dibawahnya
termasuk bagian-bagian dan masalah cabang. Dapat juga dipakai dalam mengajarkan
bahasa, baik sastra atau nahu, sejarah, saraf dan lain-lain.
Pendidik-pendidik
dan para ulama-ulama Islam sudah banyak menggunakan metode perbandingan dalam
pengajaran, perbincangan dan dalam usaha membuktikan kebenaran fikiran dan
kepercayaan mereka pada karya-karyanya. Terutama sesudah mereka berhubungan
dengan logika Aristoteles, yang pertama kali merupakan logika perbandingan.
c. Metode Kuliah
Metode
ini adalah metode yang menyatakan bahwa
mengajar menyiapkan pelajaran dan kuliahnya, mencatatkan perkara-perkara
penting yang dibicarakannya. Ia memulai kuliahnya dengan mengutarakan sepintas
lalu tentang perkara-perkara penting yang ingin dibicarakan. Kemudian
menjelaskan dengan terperinci tentang perkara-perkara yang disimpulkannya pada
permulaan kuliahnya. Pelajar-pelajar mengikuti dengan mendengar dan mencatat
apa yang difahami dari kuliah itu, untik dipelajari sekali lagi dengan cara
masing-masing.
Pendidik-pendidik
Islam mengenal metode ini, sebagaimana juga mereka telah mengenal dua metode
sebelumnya. Mereka menggunakan dalam pengajaran, bimbingan, dan dakwah kepada
jalan Allah. Meraka telah meletakkan dasar-dasar, prinsip-prinsip dan
syarat-syarat yang menjamin kejayaanya sebagai metode mengajar dakwah.
d. Metode Dialog dan Perbincangan
Metode
Dialog adalah metode yang berdasarkan pada dialog, perbincangan melalui tanya
jawab untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikeritik dan
dibantah lagi. Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode dialog yang
dianggap oleh pendidik-pendidik modern berasal dari filosof Yunani Socrates,
kemudian mereka kembangkan sesuai dengan tabiat agama dan akhlaknya. Dan atas
itulah didasarkan metode perdebatan yang betul-betul merupakan salah satu
ciri-ciri khas pendidikan Islam.
e. Metode Lingkaran
Pada
metode ini, yang terus menerus dipergunakan pada yayasan-yayasan pendidikan
dalam dunia islam semenjak bermulanya dakwah Islamiyah. Pelajr-pelajar
mengelilingi guru-gurunya dalam setengah bulatan untuk mendengarkan
syarahannya. Kalau guru itu duduk, ia duduk bersandar pada sebuah tiang di
masjid menghadap kiblat. Sebagian ulama mengkhususkan tiang-tiang tertentu yang
dijadikan majlisnya sepanjang hidupnya. Kalau seorang guru tekah memilih tempat
tertentu untuk tempat pengajarannya maka biasanya beliaulah mendapat keutamaan
untuk menempati tempat tersebut.
Guru-guru yang memasuki halaqah pelajaran
harus telah berwudhu dan berbau harum dan dalam bentuk pakaian yang baik dan
dengan khusyu’ kepada Allah, terutama pada pelajaran tafsir dan hadits. Guru
memulai pelajaran dengan membaca Bismillah, dengan memuji kepada Allah dan
mengucapkan salawat kepada Nabi SAW. kemudian barulah ia memulai pelajarannya.
Sehingga bila ia selesai ditutupnya dengan membaca al-Fatihah kemudian
murid-muridnya disuruh untuk membaca pelajaran yang akan datang.
f. Metode Riwayat
Metode
ini dianggap salah satu metode dasar yang digunakan oleh pendidik Islam.
Hadits, bahasa dan satra Arab termasuk ilmu-ilmu islam, dan segi-segi pemikiran
Islam yang paling banyak menggunakan metode inni. Tentang hadits Nabi,
sahabat-sahabat Nabi SAW meriwayatkan apa yang didengarnya dari beliau tentang
hukum-hukum petunjuk, atau pekerjaan-pekerjaan dan keadaan disaksikan dan
dilaksanakan.
g. Metode Mendengarkan
Metode
ini dilakukan dengan cara mendengarkan sesuatu. Metode ini banyak digunakan
pada abad pertama dakwah Isalamiyah, karena pada saat itu tulisan dan pembacaan
belum tersebar luas dimasyarakat dan juga karena para ahli pada abad itu tidak
senang menulis apa yang diriwayatkan sebab khawatir kalau tulisan itu akan
serupa dengan al-Quran.
h. Metode Membaca
Metode
ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan meriwayatkan karya
ilmiah yang biasanya bukan karya guru sendiri. Menurut metode ini murid
membacakan apa yang dihafalnya kepada gurunya atau orang lain membacanya sedang
dia mendengar.
Metode ini tersebar setelah pintu ijtihad didunia Islam
telah tetutup, dan pengajaran terbatas hanya pada mengikuti buku-buku tertentu
yang berkisar dari situ ke situ saja, tidak boleh melampauinya. Segala usaha
hanya tertumpu pada membaca, menghafal dan mengulang-ulang kata-kata orang
dahulu.
i.
Metode
Imla;
Metode
imla’ adalah metode mencatat apa yang didengarkannya. Misalnya seorang guru
membacakan sebuah naskah kemudian murid-muridnya mencatat setiap kata yang
didengarkannya. Metode ini pernah digunakan pada saat memberikan imla’ dalam
hadits seperti yang dilakukan oleh Al- Sayuti pada tahun 873 H dan metode ini
juga digunakan pada pelajaran bahasa Arab.
j.
Metode
Hafalan
Metode
hafalan adalah salah satu metode yang terpusat pada hafalan. Ulama-ulama
terdahulu banyak yang menggunakan metode ini untuk menghafalkan al-Quran dan
al-Hadits. Karena pada saat itu sedikit sekali yang mengerti tentang tulis
menulis. Metode hafalan ini masih digunakan sampai sekarang, karena terbukti
bisa meningkatkan pemikiran.
k. Metode Pemahaman
Metode
pemahaman adalah memahami suatu wacana yang sedang dikaji. Metode ini sangat
penting dalam pendidikan Islam, karena dengan
memahami sebuah tulisan kita bisa mengerti maksud dibalik tulisan itu.
Banyak dari kalangan kita yang hanya membaca sebuah buku tetapi sulit untuk
memahaminya. Karena metode ini memerlukan pemikiran yang lebih dibandingkan
dengan metode yang lainnya.
Metode
lawatan adalah berkunjung kesuatu tempat untuk mencari ilmu atau biasa disebut
dengan Studi Banding. Pada saat ini studi banding banyak dipraktekkan dalam
lingkungan pendidikan dari Tk, SD, SMP, SMA, dan Pergutuan Tinggi,bahkan
Instansi Pemerintah maupun Swasta. Hal ini didasarkan pada manfaat yang
diperoleh dari metodeini. Dengan metode ini kita akan mempunyai banyak teman,
mendapat ilmu, dan memperoleh pengalaman yang sebelumnya tidak kita dapatkan
ditempat kita belajar. Para ulama kita pada zaman dahulu banyak yang
menggunakan metode ini untuk mencari ilmu, menyebar luaskan Islam.
2. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah[17].
Abdurrahman mengemukakan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a.
Metode Ceramah,
yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara penyampaian pengertian-pengertian
bahan pembelajaran kepada pelajar dengan jalan penerangan atau penuturan secara
lisan. Tujuan yang hendak dicapai dari metode ini adalah untuk memberikan
dorongan psikologis kepada peserta didik.
b.
Metode diskusi,
yaitu suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara berdiskusi. Dalam
metode ini pertanyaan yang diajukan mengandung suatu masalah dan tidak bisa
diselesaikan hanya dengan satu jawaban saja. Jawaban yang t erdiri dari
berbagai kemungkinan, memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta
diskusi, untuk sampai pada jawaban akhir yang ditujui sebagai jawaban yang
paling benar atau terbaik.
c.
Tanya jawab dan dialog,
yaitu penyampaian pembelajaran dengan guru mengajukan pertanyaan dan pelajar
atau siswa menjawabnya atau berdialog dengan cara saling bertukar fikiran.
Metode ini secaramurni tidak diawali dengan ceramah, tetapi murid sebelunya
sudah diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah buku.
Teknik
ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan
suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu
metode umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat
membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
d.
Metode perumpamaan dan metafora.
Penjelasan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit memberi gambaran
yang jelas bagi peserta didik. Perumpamaan disini adalah perumpamaan yang
terdapat dalam al-Quran. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Ankabut : 41,
yang artinya: perumpamaan-perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah,
padahal sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau
mereka mengetahui itu (Al-Ankabut:41)
e.
Metode hukuman,
yaitu metode yang dilakukan dengan memberikan hukuman kepada peserta didik.
Hukuman merupakan metode paling buruk dari metode lainnya, tetapi dalam kondisi
tertentu harus digunakan.
Hal-hal
yang oerlu diperhatikan dalam metode ini adalah: hukuman merupakan metode
kuratif artinya tujuan hukuman untuk memperbaiki peserta didik dan bukan untuk
balas dendam, hukuman baru digunakan apabila metode lainnya tidak berhasil,
sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya diberikan kesempatan untuk
memperrbaiki dirinya. Hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik, hendaknya
dapat dimengerti oleh peserta didik, sehingga ia sadar akan kesalahannya.
3. Menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi[18].
Al-Nahlawi mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan Metode Quran dan Hadits
yang dapat menyentuh perasaan yaitu:
a.
Metode Hiwar (percakapan) Quran dan Nabawi,
adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu
topik, dan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki oleh
pendidik.
Jenis-jenis hiwar ini
ada 5 macam, yaitu:
1) Hiwar Khitabi, merupakan dialog yang
diambil dari dialog antara Tuhan dengan hamba-Nya.
2) Hiwar Washfi, yaitu dialog antara Tuhan
dengan malaikat atau dengan makhluk gaib lainnya. Seperti dalam surat
Ash-Shaffat ayat 27-28[19]
Allah SWT berdialog dengan malaikat tentang orang-orang zalim.
3) Hiwar Qishashi, terdapat dalam al-Quran
yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangata jelas, merupakan bagian ari
uslub kisah dalam al-Quran. Seperti Syuaib dan kaumnya yang terdapat dalam Surat
Hud :84-85.
4) Hiwar Jadali adalah hiwar yang bertujuan
untuk memantapkan hujjah atau alasan baik dalam rangka menegakkan kebenaran
maupun menolak kebathilan. Contonya, dalam al-Quran terdapat dalam Surat
An-Najm : 1-5
5) Hiwar Nabawi adalah hiwar yang digunakan
oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.
b.
Metode kisah Qur’ani dan Nabawi,
adalah penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan cerita-cerita yang
terdapat dala al-Quran dan Hadits Nabi SAW. kisah Qur’ani bukan semata-mata
karya seni yang indah, tetapi juga suatu cara mendidik umat agar beriman
kepadaNya, dan dalam pendidikan Islam.
Kisah sebagai metode pendidikan yang sangat penting, karena dapat menyentuh
hati manusia.
c.
Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani,
adalah penyajian bahan pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada
dalam al-Qur’an. Metode ini mempermudah peserta didik dalam memahami konsep
yang abstrak, ini tejadi karena perumpamaan itu mengambil benda kongkrit
seperti kelemahan Tuhan orang kafir yang diumpamakan dengan sarang laba-laba,
dimana sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuhdengan lidipun dapat
rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan oleh abdurrahman Saleh
Abdullah.
d.
Metode Keteladanan,
adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam
merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani pendidikannya, ini
dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Dasarnya
karena secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik,
tetapi yang tidak baik juga ditiru.
e.
Metode Pembiasaan,
adalah seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari
pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik
hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
f.
Metode Ibrah dan Mau’izah.
Metode ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya
nalar pelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau
suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang
disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedang metode mau’izah
adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam
melakukan perbuatan.
g.
Penyajian Metode Targhib dan Tarhib.
Metode Targhib adalah penyajian pembelajaran dalam konteks kebahagiaan hidup
akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat
yang diseertai bujukan. Tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam
konteks hukuman akibat perbuatan dosa yang dilakukan atau ancaman Allah karena
dosa yang dilakukan.
Demikianlah
beberapa hal yang dapat kami paparkan dalam makalah ini. Semoga dengan hadirnya
makalah ini bisa membuka wacana berfikir kita dalam mengembangkan pendidikan
kearah yang lebih baik dimasa depan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
uraian singkat diatas dapat kami simpulkan beberapa hal, yaitu ternyata dalam
dunia pendidikan memiliki banyak metode pendidikan. Karena dalam pendidikan
seorang pendidikan tidak hanya mengenal satu karakter, hal ini menyebabkan ketika
pendidik sedang mengajar akan menghadapi masalah yang berbeda-beda. Disamping
itu metode pendidikan merupakan jembatan yang bisa menghubungkan pendidik akan
kesulitan dalam menerapkan kurikulum dan tujuan yang ingin dicapainya.
Metode
pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan, untuk itu setiap pendidik
hendaknya mengetahui tentang metode pendidikan. Bukan saja secara formal tetapi
yang tidak formalpun harus diketahui. Banyak para ahli pendidikan dahulu maupun
sekarang memformilasikan metode pendidikan, tetapi pada kenyatannya memiliki satu
tujuan yaitu membentuk manusia yang terdidik.
Mungkin
hanya itu yang dapat kami simpulkan dari beberapa uraian diatas. Semoga
bermanfaat bagi kita semua, khususnya generasi muda yang akan terjun
dimasyarakat tentunya harus mempunyai bekal yang matang dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Syaibany,
Omar Mohammad Al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan
Lalunggung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Arifin,
H.M. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987
Barnadib,
Imam, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
IKIP Yogyakarta, cet. Ke-6, 1990jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan
Islam, Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1994
Nata,
H. Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997
Noor
Syam, Mohammad, Falsafah Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986
Nizar,
H. Syamsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Nawawi,
H.Hadari, pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993
Mulkhan,
Abdul munir, Paradigma intelektual, Yogyakarta: SI Pers, 1993
Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2002
Tadjab,
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel,1984
Zuhairini,
Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara kerjasama dengan Depag,
1992
[1] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.h.
97.
[2] Mohammad Noor Syam, Falsafah Pendidikan pancasila, Surabaya: Usaha
Nasional, 1986, h. 24.
[3] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta:
Yayasan Penerbit IKIP Yogyakarta, cet. Ke-6,1990,h.85.
[4] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997,h.91
[5] Ibid. 92.
[6] Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam , Konsep dan
Perkembangan pemikirannya,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, h.52-53.
[7] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan islam, Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis, Jakarta:Ciputat Pers,2002,h.67.
[8] M. Arifin, ibid, 12-13.
[9] Tadjab, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Malang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel, 1984,h.39.
[10] Samsul Nizar, ibid,32.
[11] Omar Mohammad al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah pendidikan Islam,
Ierjemahan Hasan Lalunggung,Jakarta: Bulan Bintang, 1979,h.553
[12] Mulkhan, abdul Munir, Paradigma Intelektual, Yogyakarta:SI Pers, 1993
[13] M. Arifin,ibid,61.
[14] Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, ibid,h586.
[15] Samsul nizar, ibid, 68-69.
[16] Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, ibid,h561.
[17] Rmayulis, Ilmu Pendidikan Islam jakarta: kalam Mulia,2002,h.168.
[18] Ramayulis, ibid, 167.
[19] Lihat terjemahan al-Qur’an.