Translate

Selasa, 23 April 2013

Metodologi Penelitian Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan saat ini masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari soal rumusan tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai kepada persoalan guru, metode, kurikulum dan lain sebagainya.
Dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut masih terus dilakukan dengan berbagai upaya. Tetapi upaya yang demikan itu tampaknya perlu dilacak pada akar permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Sudah kita ketahui bahwa secara umum filasafat berupaya menjelaskan inti dari segala yang ada, dan karena filsafat dikenal sebagai induk dari segala ilmu.
B.     Rumusan Masalah
Filsafat pendidikan islam secara umum akan mengakaji berbagai masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan. Dalam perumusan ini penulis akan merumuskan tentang:
1.      Pengertian Metode Pendidikan Islam
2.      Fungsi Metode Pendidikan Islam
3.      Asas Umum Metode Pendidikan Islam
4.      Jenis-jenis Metode Pendidikan Islam
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini agar kita mengetahui bagaimana menggunakan metode pendidikan ketika turjun kedalam dunia masyarakat. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena dengan mengetahuinya kita setidaknya sudah bisa mengantisipasi segala problem yang akan kita hadapi saat berada dalam masyarakat khususnya dalam hal pendidikan.
D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaiatu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN METODE PENDIDIKAN ISLAM
Dalam bab ini kita akan membahas tentang pengertian Metode Pendidikan Islam. Dimana setiap kata akan kita bahas satu persatu yaitu: Metode, Pendidikan, Pendidikan Islam, Metode Pendidikan, dan Metode Pendidikan Islam. Tujuannya agar pembaca lebih memahami secara mendalam tentang Metode Pendidikan Islam ini.
1.         Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa greek (Yunani) yang terdiri dari kata “meta” yang berarti melalui,dan kata “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. [1]  sebagaimana telah dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah:
a.         Suatu prosedur yang  dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
b.        Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
c.         Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.[2]
Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan.[3] Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan.[4] Jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji, dan menyusun dat yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya suatu pemikiran.
Dalam bahasa Arab metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan kata al-thariqah, Manhaj, dan al-Wasilah. Al-Thariqah berarti jalan , manhaj berarti sistem, dan Al-Wasilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian, kata arab yang dekat dengan arti metode adalah Al-Thariqah. Kata-kata serupa ini banyak dijumpai dalam Al-Quran menurut Muhammad Fuad Abd al-Baqi didalam Al-Quran kata al-Thariqah diulang sebanyak sembilan kali.kata ini terkadang dihubungkan dengan objeknya yang dituju oleh al-Thariqah seperti neraka, sehingga jalan menuju neraka terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan tersebut, seperti al-Thariqah al-Mustaqimah yang diartikan jalan yang lurus (Q.S. 46:30)[5]
Mohamad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti memberi paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu. Kemudian Prof. Abd al-Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik. Adapun Adgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang terarah bagai guru yang menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar, hingga pengajaran menjadi berkesan.[6]
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai sifat ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan monopolipragmatis. Polipragmatis, bilamana metode itu mengandung kegunaan yang serba ganda (multipurpoce). Misalnya, suatu metode tertentu dapat dipergunakan untuk merusak, dan pada situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan membangun. Contohnya, pengunaan video cassete recorder (VCR) untuk merekam semua jenis film, baik fornografis maupun yang moralis, yang hal itu bila dipergunakan sebagai media pembelajaran, maka sasarannya dapat merusak disamping dapat memperbaiki atau membangun. Monopragmatis adalah alat yang hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan. Misalnya, laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang ilmu alam saja, tidak dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang ilmu lain. [7]
2.         Pengertian Pendidikan Islam
Setelah kita membahas tentang metode, selanjutnya kita akan membahas tentang pendidikan. Banyak para pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan secara berbeda-beda tetapi pada intinya sama.
Beberapa ahli pendidikan di Barat yang memberikan arti pendidikan sebagai proses antara lain :
a.         Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu oarang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.
b.        Menurut Wiliam Mc Gucken. Sj. Seorang tokoh pendidikan Katolik berpendapat bahwa pendidikan diartikan suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemempuan-kemempuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan Penciptanya sebagai tujuan akhir. [8]
c.         Menurut Prof. Sugarda Purbakawaca dalam “ Ensiklopedi Pendidikan”nya, memberikan pengertian pendidikan, sebagai berikut : “Pendidikan dalam arti luas meliputi perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya ( orang menamakan ini juga “mengalihkan” kebudayaan, dalam bahasa Belanda: Cultuurover dratch) kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.[9]
Setelah membahas Pendidikan selanjutnya kita akan membahas tentang Pendidikan Islam. Berikut ini adalah beberapa pengertian Pendidikan Islam secara terminologi yang diformulasikan oleh para ahli Pendidikan Islam, diantaranya adalah:
a.       Menurut al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
b.      Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan busa membentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
c.       Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil)
d.      Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[10]
Dari batasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.
3.      Metode Pengajaran Islam
Dari beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar diatas tentang pengertian Meetode dan Pendidikan Islam. Kita dapat menyimpulkan tentang pengertian Metode Pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh al-Syaibany yaitu, segal segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemesti-mestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnyadan tujuan membimbingpeserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.[11]
Ahmad tafsir secara umum membatasi bahwa metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa Metode Pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.[12]
Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islam. Selain itu Metode Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

B.     FUNGSI METODE PENDIDIKAN ISLAM
Tentang fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut.[13] Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi untuk mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai perkembangan objek tersebut.
Dalam al-Quran metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada tujuan pencipta-Nya sebagai khalifah di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan dimana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan sebagai saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu prinsip yang umum dalam memungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan motifasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan. Banyaknya metode yang ditawarkan oleh para ahli lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa si anak dalam menerima pelajaran.
Pada kenyataannya metode merupakan sesuatu yang sangat penting dalam terciptanya sebuah pendidikan yang ideal. Dengan metode-metode seorang pendidik akan bisa menyampaikan ilmunya kepada peserta didik. Tetapi jika pendidik tidak memiliki metode dalam penyampaian materi pendidikan, maka peserta didik akan kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Metode bisa dikatakan adalah sebagai jembatan yang menghubungkan pendidik dengan anak didik kepada tujuan pendidikan, yaitu terbentuknya kepribadian. Bila dikaitkan dengan Islam kepribadian ini lebih mengarah pada kepribadian muslim, yang mencerminkan nilai-nilai keislaman.
Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Karena dengan metode seorang pendidik akan lebih mudah dalam memberikan materi. Dan peserta didik akan mudah dalam memahami apa yang disampaikan oleh pendidik.

C.    ASAS-ASAS UMUM METODE PENDIDIKAN ISLAM
Sesungguhnya metode pendidikan Islam memiliki asas-asas dimana ia tegak berdiri dan memperoleh unsur, tujuan, dan prinsip-prinsip. Asas-asas tersebut pada prinsipnya tidak banyak berbeda dengan asas-asas tujuan dan kurikulum pendidikan Islam. Konsep ini menggambarkan bahwa seluruh komponen yang terkait dalam proses pendidikan Islam adalah merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu sistem. Secara umum, asas-asas metode pendidikan Islam itu menurut al-Syaibany[14], adalah :
1.         Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni al-Quran dan Sunnah Rasul.
2.         Asas-Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangn usia peserta didik.
3.         Asas Psikologis, yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, bakat dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual.
4.         Asas sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan, dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang.
Sementara dari sudut pandang pelaksanaannya, asas-asas pendidikan Islam dapat diformulasikan kepada:[15]
1.      Asas Motivasi, yaitu usaha pendidik untuk membangkitkan perhatian peserta didik kearah bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2.      Asas Aktifitas, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ambil bagian secara aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
3.      Asas Apresiasi, mengupayakan respon-respon tertentu dari peserta didik sehingga mereka memperolehperunahan pada tingkah laku, pembendaharaan konsep, dan kekayaan akan informasi.
4.      Asas Peragaan, yaitu memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan.
5.      Asas Ulangan, yaitu usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.
6.      Asas Korelasi, menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat.
7.      Asas Konsentrasi, yaitu memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.
8.      Asas Individualisasi, yaitu memperhatikan perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
9.      Asas Sosialisasi, yaitu menciptakan situasi sosial yang membangkitkan semangat kerjasama antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat, dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna.
10.  Asas Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai umpan balik pendidik dalam memperbaiki cara mengajar.
11.  Asas Kebebasan, yaitu memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacau pada hal-hal yang positif.
12.  Asas Lingkungan, yaitu menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.
13.  Asas Globalisasi, yaitu memperhatikan reaksi peserta didik terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secarafisik, sosial dan sebagainya.
14.  Asas Pusat-pusat Minat, yaitu memperhatikan kecendrungan jiwa yang tetap ke jurusan suatu yang berharga bagi seseorang.
15.  Asas Ketauladanan, yaitu memberikan contoh yang terbaik untuk ditiru dan ditauladani peserta didik.
16.  Asas Kebiasaan, yaitu membiasakan hal-hal positif dalam diri peserta didik sebagai upaya praktis dalam pembinaan mereka.
Metode pendidikan Islam harus digali, didayaygunakan, dan dikembangkan dengan mengacu pada asas-asas sebagaimana yang dikemukakan diatas. Melalui aplikasi nilai-nilai Islam dalam proses penyampian seluruh materi pendidikan Islam, diharapkan proses itu dapat diterima, difahami, dihayati, dan diyakini sehingga pada gilirannya memotifasi peserta didik untuk mengamalkannya dalam bentuk nyata.
D.    JENIS-JENIS METODE PENDIDIKAN ISLAM
Menurut para ahli pendidikan, metode pendidikan yang dipakai dalam dunia pendidikan sangat banyak. Hal ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan, yaitu membentuk anak didik menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan berikut ini akan beberapa metode pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1.      Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany[16] dalam bukunya, Syaibany memaparkan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a.       Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif.
Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajar untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan. Metode ini mulai dengan membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai kepada undang-undang umum.
Metode ini dapat digunakan pada berbagai ilmu yang menjadi tumpuan perhatian pendidikan Islam. Misalnya, nahu, saraf, fiqhi, hitungan, teknik, fisika, kimia, dan dalam berbagai ilmu yang lain. Dan metode ini telah digunakan pleh pendidik-pendidik dan cerdik pandai Islam. Orang-orang Islamlah yang mula-mula menggunakan dan memantapkan metode ini sebelum munculnya Roger Bacon, dan sesudah itu Francais Bacon yang selalu dianggap orang sebagai pencipta metode tersebut.
b.      Metode Perbandingan
Metode ini berbeda dengan metode ibduktif, dimana perpindahan menurut metode ini dari yang umum kepada yang khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian yang kecil, dimana disebutkan prinsipnumum dahulu, kemudian diberi contoh-contoh dan perincian-perincian yang menjelaskan dari prinsip-prinsip umum tersebut. Metode perbandingan dapat digunakan pada pengajaran sains dan pelajaran-pelajaran yang mengandung prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum yang dibawahnya termasuk bagian-bagian dan masalah cabang. Dapat juga dipakai dalam mengajarkan bahasa, baik sastra atau nahu, sejarah, saraf dan lain-lain.
Pendidik-pendidik dan para ulama-ulama Islam sudah banyak menggunakan metode perbandingan dalam pengajaran, perbincangan dan dalam usaha membuktikan kebenaran fikiran dan kepercayaan mereka pada karya-karyanya. Terutama sesudah mereka berhubungan dengan logika Aristoteles, yang pertama kali merupakan logika perbandingan.
c.       Metode Kuliah
Metode ini adalah  metode yang menyatakan bahwa mengajar menyiapkan pelajaran dan kuliahnya, mencatatkan perkara-perkara penting yang dibicarakannya. Ia memulai kuliahnya dengan mengutarakan sepintas lalu tentang perkara-perkara penting yang ingin dibicarakan. Kemudian menjelaskan dengan terperinci tentang perkara-perkara yang disimpulkannya pada permulaan kuliahnya. Pelajar-pelajar mengikuti dengan mendengar dan mencatat apa yang difahami dari kuliah itu, untik dipelajari sekali lagi dengan cara masing-masing.
Pendidik-pendidik Islam mengenal metode ini, sebagaimana juga mereka telah mengenal dua metode sebelumnya. Mereka menggunakan dalam pengajaran, bimbingan, dan dakwah kepada jalan Allah. Meraka telah meletakkan dasar-dasar, prinsip-prinsip dan syarat-syarat yang menjamin kejayaanya sebagai metode mengajar dakwah.
d.      Metode Dialog dan Perbincangan
Metode Dialog adalah metode yang berdasarkan pada dialog, perbincangan melalui tanya jawab untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikeritik dan dibantah lagi. Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode dialog yang dianggap oleh pendidik-pendidik modern berasal dari filosof Yunani Socrates, kemudian mereka kembangkan sesuai dengan tabiat agama dan akhlaknya. Dan atas itulah didasarkan metode perdebatan yang betul-betul merupakan salah satu ciri-ciri khas pendidikan Islam.
e.       Metode Lingkaran
Pada metode ini, yang terus menerus dipergunakan pada yayasan-yayasan pendidikan dalam dunia islam semenjak bermulanya dakwah Islamiyah. Pelajr-pelajar mengelilingi guru-gurunya dalam setengah bulatan untuk mendengarkan syarahannya. Kalau guru itu duduk, ia duduk bersandar pada sebuah tiang di masjid menghadap kiblat. Sebagian ulama mengkhususkan tiang-tiang tertentu yang dijadikan majlisnya sepanjang hidupnya. Kalau seorang guru tekah memilih tempat tertentu untuk tempat pengajarannya maka biasanya beliaulah mendapat keutamaan untuk menempati tempat tersebut.
     Guru-guru yang memasuki halaqah pelajaran harus telah berwudhu dan berbau harum dan dalam bentuk pakaian yang baik dan dengan khusyu’ kepada Allah, terutama pada pelajaran tafsir dan hadits. Guru memulai pelajaran dengan membaca Bismillah, dengan memuji kepada Allah dan mengucapkan salawat kepada Nabi SAW. kemudian barulah ia memulai pelajarannya. Sehingga bila ia selesai ditutupnya dengan membaca al-Fatihah kemudian murid-muridnya disuruh untuk membaca pelajaran yang akan datang.
f.       Metode Riwayat
Metode ini dianggap salah satu metode dasar yang digunakan oleh pendidik Islam. Hadits, bahasa dan satra Arab termasuk ilmu-ilmu islam, dan segi-segi pemikiran Islam yang paling banyak menggunakan metode inni. Tentang hadits Nabi, sahabat-sahabat Nabi SAW meriwayatkan apa yang didengarnya dari beliau tentang hukum-hukum petunjuk, atau pekerjaan-pekerjaan dan keadaan disaksikan dan dilaksanakan.
g.      Metode Mendengarkan
Metode ini dilakukan dengan cara mendengarkan sesuatu. Metode ini banyak digunakan pada abad pertama dakwah Isalamiyah, karena pada saat itu tulisan dan pembacaan belum tersebar luas dimasyarakat dan juga karena para ahli pada abad itu tidak senang menulis apa yang diriwayatkan sebab khawatir kalau tulisan itu akan serupa dengan al-Quran.
h.      Metode Membaca
Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan meriwayatkan karya ilmiah yang biasanya bukan karya guru sendiri. Menurut metode ini murid membacakan apa yang dihafalnya kepada gurunya atau orang lain membacanya sedang dia mendengar.
            Metode ini tersebar setelah pintu ijtihad didunia Islam telah tetutup, dan pengajaran terbatas hanya pada mengikuti buku-buku tertentu yang berkisar dari situ ke situ saja, tidak boleh melampauinya. Segala usaha hanya tertumpu pada membaca, menghafal dan mengulang-ulang kata-kata orang dahulu.
i.        Metode Imla;
Metode imla’ adalah metode mencatat apa yang didengarkannya. Misalnya seorang guru membacakan sebuah naskah kemudian murid-muridnya mencatat setiap kata yang didengarkannya. Metode ini pernah digunakan pada saat memberikan imla’ dalam hadits seperti yang dilakukan oleh Al- Sayuti pada tahun 873 H dan metode ini juga digunakan pada pelajaran bahasa Arab.
j.        Metode Hafalan
Metode hafalan adalah salah satu metode yang terpusat pada hafalan. Ulama-ulama terdahulu banyak yang menggunakan metode ini untuk menghafalkan al-Quran dan al-Hadits. Karena pada saat itu sedikit sekali yang mengerti tentang tulis menulis. Metode hafalan ini masih digunakan sampai sekarang, karena terbukti bisa meningkatkan pemikiran.
k.      Metode Pemahaman
Metode pemahaman adalah memahami suatu wacana yang sedang dikaji. Metode ini sangat penting dalam pendidikan Islam, karena dengan  memahami sebuah tulisan kita bisa mengerti maksud dibalik tulisan itu. Banyak dari kalangan kita yang hanya membaca sebuah buku tetapi sulit untuk memahaminya. Karena metode ini memerlukan pemikiran yang lebih dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Metode lawatan adalah berkunjung kesuatu tempat untuk mencari ilmu atau biasa disebut dengan Studi Banding. Pada saat ini studi banding banyak dipraktekkan dalam lingkungan pendidikan dari Tk, SD, SMP, SMA, dan Pergutuan Tinggi,bahkan Instansi Pemerintah maupun Swasta. Hal ini didasarkan pada manfaat yang diperoleh dari metodeini. Dengan metode ini kita akan mempunyai banyak teman, mendapat ilmu, dan memperoleh pengalaman yang sebelumnya tidak kita dapatkan ditempat kita belajar. Para ulama kita pada zaman dahulu banyak yang menggunakan metode ini untuk mencari ilmu, menyebar luaskan Islam.
2.      Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah[17]. Abdurrahman mengemukakan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a.      Metode Ceramah, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara penyampaian pengertian-pengertian bahan pembelajaran kepada pelajar dengan jalan penerangan atau penuturan secara lisan. Tujuan yang hendak dicapai dari metode ini adalah untuk memberikan dorongan psikologis kepada peserta didik.
b.      Metode diskusi, yaitu suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara berdiskusi. Dalam metode ini pertanyaan yang diajukan mengandung suatu masalah dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu jawaban saja. Jawaban yang t erdiri dari berbagai kemungkinan, memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta diskusi, untuk sampai pada jawaban akhir yang ditujui sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik.
c.       Tanya jawab dan dialog, yaitu penyampaian pembelajaran dengan guru mengajukan pertanyaan dan pelajar atau siswa menjawabnya atau berdialog dengan cara saling bertukar fikiran. Metode ini secaramurni tidak diawali dengan ceramah, tetapi murid sebelunya sudah diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah buku.
Teknik ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu metode umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
d.      Metode perumpamaan dan metafora. Penjelasan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit memberi gambaran yang jelas bagi peserta didik. Perumpamaan disini adalah perumpamaan yang terdapat dalam al-Quran. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Ankabut : 41, yang artinya: perumpamaan-perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui itu (Al-Ankabut:41)
e.       Metode hukuman, yaitu metode yang dilakukan dengan memberikan hukuman kepada peserta didik. Hukuman merupakan metode paling buruk dari metode lainnya, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan.
Hal-hal yang oerlu diperhatikan dalam metode ini adalah: hukuman merupakan metode kuratif artinya tujuan hukuman untuk memperbaiki peserta didik dan bukan untuk balas dendam, hukuman baru digunakan apabila metode lainnya tidak berhasil, sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya diberikan kesempatan untuk memperrbaiki dirinya. Hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik, hendaknya dapat dimengerti oleh peserta didik, sehingga ia sadar akan kesalahannya.
3.      Menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi[18]. Al-Nahlawi mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan Metode Quran dan Hadits yang dapat menyentuh perasaan yaitu:
a.      Metode Hiwar (percakapan) Quran dan Nabawi, adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik.
Jenis-jenis hiwar ini ada 5 macam, yaitu:
1)       Hiwar Khitabi, merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dengan hamba-Nya.
2)      Hiwar Washfi, yaitu dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk gaib lainnya. Seperti dalam surat Ash-Shaffat ayat 27-28[19] Allah SWT berdialog dengan malaikat tentang orang-orang zalim.
3)      Hiwar Qishashi, terdapat dalam al-Quran yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangata jelas, merupakan bagian ari uslub kisah dalam al-Quran. Seperti Syuaib dan kaumnya yang terdapat dalam Surat Hud :84-85.
4)      Hiwar Jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah atau alasan baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebathilan. Contonya, dalam al-Quran terdapat dalam Surat An-Najm : 1-5
5)      Hiwar Nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.
b.      Metode kisah Qur’ani dan Nabawi, adalah penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dala al-Quran dan Hadits Nabi SAW. kisah Qur’ani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga suatu cara mendidik umat agar beriman kepadaNya, dan dalam  pendidikan Islam. Kisah sebagai metode pendidikan yang sangat penting, karena dapat menyentuh hati manusia.
c.       Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani, adalah penyajian bahan pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak, ini tejadi karena perumpamaan itu mengambil benda kongkrit seperti kelemahan Tuhan orang kafir yang diumpamakan dengan sarang laba-laba, dimana sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuhdengan lidipun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan oleh abdurrahman Saleh Abdullah.
d.      Metode Keteladanan, adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani pendidikannya, ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Dasarnya karena secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
e.       Metode Pembiasaan, adalah seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
f.       Metode Ibrah dan Mau’izah. Metode ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedang metode mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan.
g.      Penyajian Metode Targhib dan Tarhib. Metode Targhib adalah penyajian pembelajaran dalam konteks kebahagiaan hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang diseertai bujukan. Tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam konteks hukuman akibat perbuatan dosa yang dilakukan atau ancaman Allah karena dosa yang dilakukan.
Demikianlah beberapa hal yang dapat kami paparkan dalam makalah ini. Semoga dengan hadirnya makalah ini bisa membuka wacana berfikir kita dalam mengembangkan pendidikan kearah yang lebih baik dimasa depan.

















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari uraian singkat diatas dapat kami simpulkan beberapa hal, yaitu ternyata dalam dunia pendidikan memiliki banyak metode pendidikan. Karena dalam pendidikan seorang pendidikan tidak hanya mengenal satu karakter, hal ini menyebabkan ketika pendidik sedang mengajar akan menghadapi masalah yang berbeda-beda. Disamping itu metode pendidikan merupakan jembatan yang bisa menghubungkan pendidik akan kesulitan dalam  menerapkan  kurikulum dan tujuan yang ingin dicapainya.
Metode pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan, untuk itu setiap pendidik hendaknya mengetahui tentang metode pendidikan. Bukan saja secara formal tetapi yang tidak formalpun harus diketahui. Banyak para ahli pendidikan dahulu maupun sekarang memformilasikan metode pendidikan, tetapi pada kenyatannya memiliki satu tujuan yaitu membentuk manusia yang terdidik.
Mungkin hanya itu yang dapat kami simpulkan dari beberapa uraian diatas. Semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya generasi muda yang akan terjun dimasyarakat tentunya harus mempunyai bekal yang matang dan baik.









DAFTAR PUSTAKA
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Lalunggung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Arifin, H.M. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987
Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan IKIP Yogyakarta, cet. Ke-6, 1990jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994
Nata, H. Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997
Noor Syam, Mohammad, Falsafah Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986
Nizar, H. Syamsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Nawawi, H.Hadari, pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993
Mulkhan, Abdul munir, Paradigma intelektual, Yogyakarta: SI Pers, 1993
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2002
Tadjab, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,1984
Zuhairini, Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara kerjasama dengan Depag, 1992




[1] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.h. 97.
[2] Mohammad Noor Syam, Falsafah Pendidikan pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986, h. 24.
[3] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan Penerbit IKIP Yogyakarta, cet. Ke-6,1990,h.85.
[4] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997,h.91
[5] Ibid. 92.
[6] Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam , Konsep dan Perkembangan pemikirannya,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, h.52-53.
[7] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta:Ciputat Pers,2002,h.67.
[8] M. Arifin, ibid, 12-13.
[9] Tadjab, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1984,h.39.
[10] Samsul Nizar, ibid,32.
[11] Omar Mohammad al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah pendidikan Islam, Ierjemahan Hasan Lalunggung,Jakarta: Bulan Bintang, 1979,h.553
[12] Mulkhan, abdul Munir, Paradigma Intelektual, Yogyakarta:SI Pers, 1993
[13] M. Arifin,ibid,61.
[14] Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, ibid,h586.
[15] Samsul nizar, ibid, 68-69.
[16] Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, ibid,h561.
[17] Rmayulis, Ilmu Pendidikan Islam jakarta: kalam Mulia,2002,h.168.
[18] Ramayulis, ibid, 167.
[19] Lihat terjemahan al-Qur’an.